Indonesia Community Learning Center

Cara Membuat Tepung Mocaf

Rabu, 31 Maret 2010

MOCAF merupakan kependekan dari kata dalam bahasa Inggris “Modified Cassava Flour “ yang dalam bahasa Indonesianya disebut juga “Modifikasi Tepung Ketela Pohon” atau MOTEKAP.


Motekap kini menjadi merek dagang yang dipergunakan oleh group PT KIPTI, Adapun proses pembuatan tepung Motekap adalah sebagai berikut:

  1. Cuci bersih singkong agar tanah atau kotoran tidak menempel
  2. Singkong dikupas dan lapisan kulit singkong yang berwarna cokelat di buang, umbinya sebaiknya direndam dalam air untuk mencegah perubahan warna.
  3. Setelah dikupasdan bersih, singkong di iris tipis-tipis sebesar 2 - 3 cm
  4. Rendam singkong dalam larutan Enzim dengan dosis 5 ml/liter air. seluruh bagian singkong harus terendam, rendam selama 7 s/d 8 jam, Enzim bisa diperoleh dari PT KIPTI, yang membuat sendiri enzim nya.
  5. Lalu Singkong di tiriskan
  6. Jemur di terik matahari sampai kering, kadar air 12 - 14 %, biasanya memakan waktu 2 - 3 hari, alas penjemuran bisa menggunakan anyaman bambu.
  7. Jika menggunakan mesing pengering dari PT KIPTI yg di ciptakan oleh Ir. Harsisto dalam satu hari dapat mengeringkan 1 ton singkong dan tersedia pula mesin untuk kapasitas 30 ton per hari.
  8. Setelah kering irisan singkong digiling dengan mesin penepung, bisa menggunakan penepung beras.
  9. Lalu gunakan ayakan penyaring dengan saringan 60 mesh agar butiran tepung lebih halus.
  10. Selesai, tepung siap digunakan untuk berbagai macam kebutuhan.
Setelah menjadi tepung bisa digunakan sebagai pengganti dan atau campuran terigu untuk pembuatan mie kering/basah-bihun-pempek-baso-krupuk-brownies-bolu-kue lapis-kue kering-nastar-cke-cookies-roti tawar-sus kering-kaastangels-ayam goreng kentucky dan aneka gorengan. Aman untuk para penderita diabetes dan autis.

Pencucian dan Pengupasan dapat dilakukan oleh Ibu-ibu


Singkong kupas di bersihkan

Pemberian Enzim dan Perendaman


Perajangan Singkong.. bisa dengan Pisau atau mesin Perajang


Pengeringan dengan Matahari



atau dengan Mesin Pengering Kapasitas 1 Ton Per Hari

Produk PT KIPTI


Mesin Penepung

Tepung Motekap yang telah siap

Read more...

Temu Bisnis dan Peluncuran Teknologi Motekap Di Puspitek Serpong

Minggu, 28 Maret 2010

Bapak Ir. Chaerul Rachman,MM ( Direktur Direrktorat Jendral Pengolahan Hasil Pertanian saat membuka dan memberi sambutan pada acara "TEMU BISNIS & PELUNCURAN TEKNOLOGI MOTEKAP" yang diselanggarakan oleh PT. KIPTI Tgl 27 Maret 2010 di Balai Inkubator Gedung 410 Puspitek, Serpong - Tangsel.



Tampak pula hadir dalam acara tersebut Bpk Andrizal Kasubdit Pengolahan Hasil Pertanian Deptan meninjau proses motekap, disampaikan bahwa program kerja dan mesin yang diciptakan PT KIPTI adalah sesuai dengan program Departemen Pertanian dalam upaya meningkatkan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian.


PT Kipti telah berhasil menciptakan pengering serbaguna yang dapat digunakan untuk mengeringkan berbagai hasil pertanian dari mulai biji-bijian, daun-daunan maupun getah-getahan dengan kapasitas 1 ton per hari.


Dalam Acara Temu bisnis tersebut, Menampilkan pembicara Ir. Harsisto M. Eng yang menciptkan mesin pengering serbaguna itu. Dan Direktur Utama PT KIPTI Ir. Susilohadi memaparkan Program kerjanya untuk jangka pendek maupun jangka panjang.




Justify Full
Pada kesempatan ini pada acara "TEMU BISNIS & PELUNCURAN TEKNOLOGI MOTEKAP" dilakukan penandatangnan Kerjasama untuk Pembuatan Pabirik Pengolahan Tepung Ketela Pohon di 3 daerah ( Nganjuk, Sukabumi, & Lebak ) antara :

1. PT. KIPTI yg diwakili oleh Susilo (jakarta) dengan Cv. SADJURI SEJAHTERA yg diwakili oleh Bapak Anton (Kab. Nganjuk ).2. PT. KIPTI yg diwakili oleh Susilo (jakarta) dengan CV. KELOMPOK KERJA SUKABUMI yg diawakili olek Bapak. Sudibyo (Kab. Sukabumi ).PT. KIPTI yg diwakili oleh Susilo (jakarta) dengan LSM RANGKAS BITUNG yg diwakili oleh Bapak. Slamet ( Kab. Lebak-Banten ).




Read more...

Temu Bisnis dan Peluncuran Teknologi Motekap

Kamis, 25 Maret 2010

Seiring Program Pemerintah RI di Bidang Pangan. PT. Kipti (Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia) Sejak Tahun 2004, telah berusaha turut serta meningkatkan kesejahteraan petani dengan cara meningkatkan kualitas dan daya simpan hasil panen.

Pada saat ini PT Kipti telah menciptakan pengering dan enzim pembuat 'motekap' (modifikasi Tepung Ketela Pohon) yang dapat mensubtitusi sebagian dari import gandum sebesar Rp. 1,7 trilyun/tahun.

Pada hari sabtu tanggal 27 Maret 2010, PT Kipti akan meluncurkan

"TEKNOLOGI MOTEKAP UNTUK PENGUAT KETERSEDIAAN PANGAN NASIONAL"

Sekaligus mengadakan Temu Bisnis dengan Para Investor.


Read more...

Strategi PT KIPTI pada Pemberdayaan Kelompok Tani dan UKM Binaan Secara Nasional

Minggu, 21 Maret 2010

Oleh: Harsisto, Ir.M.Eng.APU. (Konsultan Utama) PT Kipti


PENDAHULUAN.

PT. KIPTI ( PT. KARYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI INDONESIA) yang terbentuk pada bulan Maret 2004 dan mulai aktif pada bulan Mei 2004, mempunyai VISI - MISI dan TUJUAN utama untuk mensejahterakan umat manusia khususnya rakyat Indonesia. PT KIPTI mempunyai bidang usaha utama Perindustrian, Perdagangan, Jasa Iptek dan Pendidikan-pelatihan.

Pada program kegiatan untuk mewujudkan visi-misi dan tujuannya, PT.KIPTI membagi programnya menjadi program jangka pendek dan jangka panjang. Salah satu focus aktivitas utama dari program PT. KIPTI adalah memberdayakan kelompok tani dan Usaha Kecil Menengah (UKM) binaan secara nasional.

Program pemberdayaan kelompok tani dan UKM binaan tersebut, diutamakan karena hingga dewasa ini, keterpurukan bangsa dan negara Indonesia khususnya disektor ekonomi dan teknologi semakin hari semakin memprihatinkan. Mayoritas penduduk Indonesia yang mempunyai profesi sebagai petani yang di dalamnya termasuk nelayan dan peternak yang berjumlah sekitar 60%.

Pada umumnya para petani, hidup dibawah kendali para pedangan, pengijon dan rentenir. Pihak Bulog atau Dolog sendiri, pada musim panen raya (khususnya di musim pengujan) tidak mampu menampung produk padi para petani. Harga gabah jatuh dari harga dasar Rp 1500/kg menjadi kisaran harga Rp 800/kg, karena sistem pengeringan matahari tidak memadai. Sementara harga sarana penunjang seperti pupuk, obat-obatan dan bibit tanaman stabil terkendali.

Produk pertanian Indonesia semakin terpuruk dengan terbukanya perdagangan bebas, adanya penyelundupan beras dan gula dari luar negeri dan sebagainya. Sebagai contoh membajirnya udang, beras dan gula luar negeri di Supermarket, pasar pasar swalayan dan sebagainya. Demikian juga dengan kondisi UKM kita, semakin hari semakin banyak yang bertumbangan. Contoh contoh yang mudah dibuktikan, UKM tahu tempe, UKM Pengecoran Logam, UKM Pengrajin perak, KUD-KUD dan lain sebagainya yang semula berjumlah banyak bagaikan jamur di musim pengujan, kini banyak yang rontok bagaikan jamur dimusim kemarau.

Keterpurukan Petani dan UKM-UKM tersebut karena teknologi dalam negeri yang ada kurang mendukung, ketersediaan bahan baku dalam negeri yang kurang berkualitas, menejemen yang tidak profesional, pasar yang kurang menghargai produk dalam negeri. Pihak perbankan yang tidak memihak pada kelompok tani, UKM, justru pihak perbankan lebih senang bekerjasama dengan pedagang yang mengatur nasib kaum petani dengan mengatur harga secara sepihak.

Kendala-kendala tersebut bisa timbul karena kestabilan kualitas maupun kestabilan kuantitas produk kelompok tani dan UKM yang tidak konsisten, tidak adanya standarisasi produk yang menjadi pegangan dan lain sebagainya. Di pihak lain, para peneliti, para pakar dan sarana/prasarana di lembaga riset/Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia kurang efektif dan kurang efisien untuk menjawab tantangan atau untuk menyelesaikan permasalahan para Petani dan UKM-UKM tersebut diatas.

Para lulusan perguruan tinggi strata satu dari bidang keteknikanyang terakumulasi dari tahun 1999 hingga sekarang dapat diperkirakan ada sekitar 40.000 sarjana yang tidak terserap di sektor lapangan kerja yang ada. Walaupun demikian, mereka pada umumnya enggan atau kurang berminat menekuni bidang usaha pertanian. Sudah sejak lama pemerintah mencanangkan program teknologi tepat guna, tapi hingga saat ini teknologi hasil putra Indonesia amat sangat sedikit yang terpakai di masyarakat. Produk-produk teknologi tepat guna hasil karya putra-putri Indonesia yang dibuat berdasarkan PROYEK, banyak yang ditak terpakai dan menjadi monument nasional.

Apalagi dengan dibukanya era otonomi daerah, banyak daerah-daerah yang mengalami kesulitan dalam mengelola potensi daerahnya, karena keterbatasan teknologi dan sumber daya manusianya (SDM).

Dengan adanya masalah-masalah tersebut, dengan kemampuan yang sangat terbatas PT KIPTI mencoba membentuk embrio perjuangan untuk ikut serta menjawab dan memecahkan permasalahan tersebut diatas dengan menerapkan teknologi tepat guna, pembinaan menejemen dan lain sebagainya yang diterapkan pada kelompok tani dan UKM binaan.

Agar langkah gerak PT.KIPTI ini efektif dan efisien, maka dalam menjalankan tugasnya yang digariskan adalah menjalin kerjasama yang mutualistis dengan lembaga riset (LIPI, BPPT, BATAN, Balai Besar Mekanisasi Pertanian dsb), Perguruan Tinggi ( UI, ITB, IPB, UGM, Trisakti dsb), Industri-industri (PT. Krakatau Steel Group, PT. Pusri dsb), Perbankan (BPRS, BRI dsb) dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait.

Pada garis besar programnya, PT.KIPTI menugaskan diri untuk menyembatani potensi Petani, UKM-UKM, KUD-KUD yang mempunyai potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia tapi tak punya dana bisa bermitra usaha dengan pihak Perbankan atau pihak industri-industri mapan yang mempunyai sumber dana agar mereka bersinergi dalam membangun nusa dan bangsa Indonesia.

BIDANG USAHA PT. KIPTI.

Bidang usaha PT. KIPTI meliputi 3 ( tiga ) bidang, yaitu :

1. Bidang Perindustrian.
Memproduksi alat-alat dan mesin Teknologi tepat guna yang dihasilkan mitra usaha, terutama hasil paten sendiri, yang diantaranya :
 Mesin pengering Multiguna sistem kontinu.
 Mesin / alat penanam jagung dan kacang-kacangan.
 Mesin pengering obat-obatan produk pertanian.
 Mesin pengering Casava, kopra putih.
 Pompa air.
 Mesin Pengupas kacang tanah , dll

2. Bidang Perdagangan.
 Memperdagangkan hasil-hasil industri PT. KIPTI dan mitra usaha.
 Membantu memasarkan produk-produk pertanian, nelayan dan peternakan.

3. Bidang Jasa Iptek dan Diklat.
 Jasa konsultasi dan penelitian Iptek.
 Jasa perawatan dan perbaikan sarana industri dan transportasi.
 Jasa pengendalian korosi.
 Jasa rancang bangun fasilitas laboratorium dan industri.
 Jasa studi kelayakan.
 Jasa studi Amdal.
 Diklat untuk karyawan di Industri
 Diklat Lulusan S1 yang belum bekerja.

Dalam hal program pemberdayaan kelompok tani dan UKM, PT.KIPTI mempunyai potensi ilmu pengetahuan, teknologi tepat guna dan jaringan pakar di lembaga penelitian, perguruan tinggi, industri dan instansi pemerintah yang terkait. Dengan adanya potensi tersebut, PT.KIPTI akan menindaklanjuti program-program, hasil hasil penelitian atau temuan-temuan Lembaga Litbang/Perguruan Tinggi yang terkait dengan sektor pertanian dan UKM sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari hari secara nyata. Hal ini perlu diwujudkan oleh PT.KIPTI, karena Litbang dan Perguruan Tinggi tidak dibenarkan memproduksi dan memasarkan sendiri secara masal produk-produk penelitiannya.

Read more...

Meningkatkan Ketahanan Pangan dengan Memproduksi tepung MOTEKAP

Sabtu, 20 Maret 2010

Masalah utama bangsa Indonesia saat ini

Bangsa kita yang mayoritas agraris/ nelayan, tahun ini import pangan Rp.50 triliun/tahun (Kompas 24/08/2009) dan cenderung naik tiap tahunnya seirama dengan pertumbuhan penduduk. Jenis bahan pangan yang diimport terutama terigu dari daratan Amerika.

Menurut Rektor Unika Atmajaya, saat ini lebih dari satu juta sarjana S-1 tidak tertampung di lapangan kerja dan tiap tahun akan meningkat. Dipedesaan, sarjana/calon sarjana semakin hari semakin membeludak dan mayoritas tak mau tinggal di desa karena penghasilannya rendah.

Pada umumnya, hasil riset para peneliti terhenti sebagai laporan dan disimpan di rak buku. Sesungguhnya tenaga dan waktu para tenaga peneliti (terutama para pensiunan), sangat memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di pedesaan guna menjawab/menyelesaikan permasalahan di atas. Tentunya, bilamana mereka paham permasalahan yang ada dan mendapat dukungan pendanaan.


Sebagaimana kita ketahui, Iptek (dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi) dan ekonomi kita dikuasai oleh bangsa asing, bangsa kita hanya menjadi pasar. Urbanisasi terus melaju, di desa desa kekurangan tenaga kerja sementara di pusat kota kelebihan penduduk yang dicirikan banyak kemacetan, padatnya kawasan kumuh dll. Satu jam kemacetan di kota besar, berapa ton bahan bakar dibuang cuma cuma dan berapa besar kerugian atas keausan komponen kendaran dan siapa yang diuntungkan ?.


Tekat pemerintah Indonesia saat ini adalah mengutamakan ketahanan pangan, berikutnya energi dan lain lainnya. Indonesia punya lahan tegalan, lahan Perhutani dan Inhutani yang sangat luas dan cocok untuk produksi singkong. Produksi singkong nasional dari tahun ke tahun meningkat (sumber BPS: 19,4 juta ton pada 2004 dan 20,3 juta ton pada 2008) yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk pati tapioka dan etanol.


Sesuai program pemerintah pada penguatan hasil inovasi dan pangan, PT.KIPTI (Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia) dengan Ipteknya (mesin pengering hasil inovasinya dan enzim pembentuk tepung modifikasi ketela pohon) segera terjun dibidang pengolahan ketela menjadi pangan yang bermartabat yaitu tepung MOCAF (Modified Cassava Flour) atau MOTEKAP (MOdifikasi TEpung KetelA Pohon) sebagai pengganti TERIGU.



PT. KIPTI yang berkedudukan di Gedung 410, Kawasan Puspiptek Serpong, menawarkan kesempatan berwirausaha secara berjama’ah untuk kemaslahatan dan kejayaan anak bangsa dengan memproduksi tepung MOTEKAP. Tepung mocaf sudah dirintis sejak 2005 oleh Koperasi Gemah Ripah Loh Jinawi di Trenggalek yang diikuti oleh PT. Bangkit Cassava Mandiri ( 2008, di Trenggalek), selanjutnya oleh PT. Sangga Buana Sejahtera (2008, Sukabumi), CV. Fajar Bersaudara (Pati) dan pengusaha di Magelang, Ciamis, Lampung dan lainnya yang semuanya mempunyai masalah utama di sistem pengering berkapasitas besar. Dengan adanya masalah tersebut, PT.KIPTI telah siap memproduksi mesin pengering kapasitas 3 ton/jam dengan merk “HARSISTO”.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, agar semua bisnis bisa aman dan langgeng maka peran pasar harus kuat, peran menejemen harus tertip/kuat dan sehat, terapan teknologi harus proven dan mantap, ketersediaan bahan baku harus terjaga dalam kondisi stabil, kontinyu dan berkualitas. Tidak kalah penting, maksud dan tujuan bisnis ini adalah mendapatkan rezeki yang halal toyiban yang berlimpah.

Read more...

Tentang KIPTI

PT. KIPTI adalah kependekan dari PT. Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia yang didirikan pada bulan Maret 2004.


PT.KIPTI didirikan atas dasar adanya dorongan keinginan luhur untuk beribadah secara nyata yang berkelanjutan dengan mengimplementasikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) milik PT.KIPTI, lembaga penelitian, perguruan tinggi dan lembaga lembaga lain yang ada di Indonesia demi kesejahterakan umat manusia, khususnya rakyat Indonesia.

PT KIPTI yang mempunyai bidang usaha utama Perindustrian, Perdagangan, Jasa Iptek dan Pendidikan Pelatihan, membagi programnya menjadi dua program yaitu program jangka pendek dan program jangka panjang.

Fokus utama program PT. KIPTI adalah pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) daerah khususnya: kelompok petani, nelayan, buruh dan Usaha Mikro Kecil dan Koperasi (UMKK) binaan secara nasional dengan implementasi Iptek dan menejemen yang langsung dan berkesinambungan.

Sesuai program pemerintah pada penguatan hasil inovasi dan pangan, PT.KIPTI (Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia) dengan Ipteknya (mesin pengering hasil inovasinya dan enzim pembentuk tepung modifikasi ketela pohon) segera terjun dibidang pengolahan ketela menjadi pangan yang bermartabat yaitu tepung MOCAF (Modified Cassava Flour) atau MOTEKAP (MOdifikasi TEpung KetelA Pohon) sebagai pengganti TERIGU.

Usaha Tepung mocaf di Indonesia sudah dirintis sejak 2005 oleh beberapa perusahaan dan Koperasi di daerah Trenggalek, Sukabumi, Magelang, Ciamis, Lampung dan lainnya yang semuanya mempunyai masalah utama di sistem pengering berkapasitas besar.

Dengan adanya masalah tersebut, PT.KIPTI telah siap memproduksi mesin pengering kapasitas 3 ton/jam dengan merk “HARSISTO”. dan memproduksi mesin lainnya seperti mesin pengering padi, mesin pengering bahan baku obat-obatan produk pertanian, alat penanam jagung dan kacang-kacangan, pengering kopra putih, mesin pembuat tepung ikan dan lain-lain.

Read more...

Visi Misi dan Tujuan PT KIPTI

Jumat, 19 Maret 2010

VISI :

Terwujudnya kemandirian Iptek yang berwawasan global, humanistik, kreatif, dinamis dan berwawasan ke masa depan yang didasarkan pada ibadah.

MISI :
1. Menciptakan dan mengembangkan Iptek yang mampu menggerakkan daya saing dan meningkatkan taraf hidup anak bangsa Indonesia.
2. Menumbuhkembangkan kecerdasan bangsa yang berkelanjutan dengan landasan hukum hukum agama dan negara.
3. Menciptakan dan melestarikan hubungan kerjasama yang harmonis, mutualistis serta berkesinambungan antara lembaga penelitian, perguruan tinggi, industri-industri, pemerintah, pesantren dan lembaga swadaya masyarakat dengan kelompok petani, UMKM dan KUD secara nasional.
4. Ikut serta dalam usaha pemberantasan kemiskinan rakyat Indonesia dengan penerapan Iptek yang tepat guna serta terjaganya kesehatan pasar atas produk produk Petani, Nelayan, Peternak, UMKM dan KUD.

TUJUAN
Terwujudnya secara nyata dan lestari ajaran Allah,” Ciptakan kebaikan di muka bumi, bukan kerusakan”,”Hijrahlah ke negeri/tempat yang lebih baik”, ” Nasib suatu kaum tak akan diubah Allah SWT bila kaum itu sendiri tidak sungguh sungguh mengubahnya”.

Semua itu bisa terwujud dengan MUDAH dan INDAH bila dilakukan dengan RIDHO, BERJAMA’AH dan harus ISTIQOMAH, derajad meningkat bila ada COBAAN / UJIAN, selesaikan cobaan/ujian tersebut dengan AKAL BAGI YANG BERFIKIR serta SHOLAT, PUASA, SABAR dan TAKWA

Terwujudnya keseimbangan penghasilan masyarakat desa dengan masyarakat perkotaan dengan mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di daerah.

Terwujudnya optimasi hasil olahan produk pertanian, perternakan, perikanan, dll di pedesaan, sehingga produk akhir yang dibawa ke perkotaan dan ampasnya menjadi pakan ternak yang menghasilkan pupuk kompos dan bahan bakar gas.

Read more...

Proses fermentasi modified cassava flour kini hanya 1 Jam

Rabu, 17 Maret 2010

Seperti yang di beritakan oleh Majalah Trubus, hasil penelitian Ir Iskandar Mamoen MS, periset di Departemen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat, proses fermentasi mocaf lebih cepat, cukup 1 jam. Penambahan mikroba, Iskandar menyebutnya bioaktivator, pun cukup sekali. Iskandar yang meriset pemanfaatan bioaktivator untuk proses fementasi mocaf sejak Maret 2009, menyebut tepung buatannya itu sebagai motes alias modifikasi tepung singkong(Trubus (01/10)

Peran enzim selulase
Iskandar menggunakan bioaktivator berupa kumpulan beberapa spesies mikroba. Sebut saja Lactobacillus sp, selubizing phospate bacteria - bakteri pelarut fosfat, Azetobacter sp, dan ragi. Iskandar enggan menyebutkan asal isolasi bakteri itu. Mikroba-mikroba itu menghasilkan asam laktat yang berperan dalam meningkatkan proses dekomposisi atau pemecahan lignin dan selulosa. Selain asam laktat, bioaktivator menghasilkan enzim selulase.


Menurut Prof Ir Haryadi MAppSc PhD, guru besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, "proses percepatan fermentasi menjadi 1 jam karena adanya enzim selulase itu. Enzim itu berperan mendegradasi selulosa yang membungkus pati ubikayu. 'Kombinasi asam laktat dan enzim selulase memungkinkan proses fermentasi terjadi dalam waktu 1 jam," ungkap Haryadi.

Tanpa pemecahan selulosa, proses pengolahan singkong sekadar menghasilkan tepung gaplek. Aroma singkongnya pun masih menyengat. Dengan fermentasi menggunakan asam laktat tidak hanya didapat mocaf yang bertekstur halus - karena selulosa hancur - tapi juga aroma singkong hilang dan warna tepung putih.

Sementara menurut Dr Achmad Subagio MAgr dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Jawa Timur, proses fermentasi mocaf selama 1 jam tak memungkinkan. Musababnya mikroba yang dipergunakan tak bisa langsung bekerja mendegradasi selulosa. 'Mikroba mulai bekerja setelah 3 - 4 jam. Pada 1 jam pertama mikroba mirip bayi belum bisa beraktivitas,' ungkap doktor kimia pangan alumnus Osaka Prefecture University itu.

Hasil riset Iskandar menunjukkan pemakaian bioaktivator untuk pembuatan tepung mocaf selama ?? jam tak memberikan hasil optimal. 'Ketika digiling, serat singkong masih banyak yang panjang dan kasar,' ungkap Iskandar. Serat belum terdegradasi sempurna oleh mikroba. Perlakuan lebih dari 1 jam menyebabkan singkong terlalu lembek sehingga tak layak dijadikan tepung.
Rendemen naik

Tak hanya waktu fermentasi yang lebih singkat, jumlah rendemen pun meningkat menjadi 40%, sebelumnya 30 - 33%. Biasanya untuk menghasilkan 1 kg tepung mocaf diperoleh dari 3 kg singkong. 'Dengan bioaktiviator, 1 kg tepung mocaf cukup dihasilkan dari 2,5 kg singkong yang telah dikupas,' ungkap Iskandar. Untuk fermentasi 1 ton singkong segar cukup dibutuhkan 1 liter bioaktivator seharga Rp35.000. Menurut Dr Solihin dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang, Jawa Timur, kadar air singkong saat panen menentukan rendemen tepung mocaf. Semakin tinggi kadar air maka rendemen mocaf semakin rendah.

Proses fermentasi yang lebih cepat dan rendemen meningkat pada gilirannya berpengaruh pada biaya produksi. Jika pada proses fermentasi 7 - 8 jam menghabiskan biaya Rp2.500 - Rp3.000 untuk menghasilkan 1 kg mocaf, maka pada pada fermentasi 1 jam ongkosnya cukup Rp2.000 - Rp2.100. (Faiz Yajri)

Source : http://www.trubus-online.co.id
Foto: Trubus

Read more...

Kisah perjalanan seorang anak petani menjadi Profesor Riset

Selasa, 16 Maret 2010

Oleh Harsisto Sardjuri


Lahir sebagai keluarga petani
Saya dilahirkan di Kertosono, pada tanggal 13 Juni 1956 dari pasangan petani almarhum Sardjuri dan almarhumah Suratemi, sebagai anak ke delapan dari 14 bersaudara. Tak heranlah bila saya akhirnya menyukai kegiatan bertani. Sewaktu di bangku SMA, kehidupan ekonomi keluarga kami cukup baik, terbukti dengan kemampuan Ayah membelikan saya sepeda motor yang ketika itu tergolong relatif mewah di desa kami. Karena merasa kecukupan, saat itu saya belum mempunyai motivasi yang muluk-muluk tentang masa depan. Bagi saya, sudah cukup puas bila bisa bekerja sebagai petani di Kertosono.

Pengalaman tak terlupakan saya alami saat duduk kelas dua SMA. Karena hasil panen tebu kami cukup berhasil, maka datanglah lima perampok bersenjata pistol “me-nyatroni” rumah orang tua kami. Sebagai pemuda penjaga rumah, saya-lah yang terpaksa dan harus berupaya menggagalkan perompokan tersebut. Perlawanan terhadap perampok tersebut mengakibatkan saya harus masuk rumah sakit selama kurang lebih dua minggu, karena saya sempat dikeroyok oleh para perampok. Kejadian ini membekas pada diri saya mengenai “getir-nya” menjadi keluarga petani di Indonesia.

Memutuskan untuk merubah arah kehidupan Arah kehidupan
saya menjadi berubah setelah melihat tetangga depan rumah, yang dengan gagah, berangkat kuliah ke Surabaya untuk menempuh pendidikan di Universitas Airlangga. Peristiwa perampokan dan juga pemandangan melihat “kegagahan” seseorang memasuki dunia perguruan tinggi, membuat saya bertekad, “Tidak akan bekerja sebagai petani dulu dan akan berkuliah di perguruan tinggi terbaik di Indonesia”. Niat tersebut saya realisasikan secara otodidak dengan mengikuti bimbingan tes di IPIEM Surabaya.

Syukur Alhamdullilah setelah belajar dengan tekun, pada tahun 1977 saya diterima di lima perguruan tinggi yaitu Jurusam Farmasi di Universitas Airlangga, Jurusan Teknik Kimia di Universitas Gajah Mada, Fakultas Teknik Industri di ITB, Jurusan Teknik Sipil di UNS dan Jurusan Kedokteran di Universitas Brawijaya. Saya-pun akhirnya menjatuhkan pilihan untuk berkuliah di ITB dan merantau ke kota kembang Bandung.

Terkena hama wereng – terpaksa hidup dengan seribu Rupiah seminggu

Kehidupan kuliah di ITB saya jalani sejak tahun 1977 hingga 1985. Hampir seluruh waktu kuliah saya diwarnai suasana keterbatasan. Hal tersebut timbul, karena merebaknya hama wereng di Indonesia. Cita-cita saya yang semula ingin mengambil jurusan teknik Mesin atau Teknik Industri terpaksa gagal dan berbelok menjadi Teknik Pertambangan karena keterbatasan dana.

Kejayaan keluarga kami selaku petani padi, yang telah dibangun sejak puluhan tahun, musnah dalam waktu sekejap karena serangan hama wereng pada tiga periode berturut-turut di penghujung tahun 1977 hingga tahun 1978. Serangan hama ini sangat dahsyat sehingga memporak-porandakan seluruh sawah milik keluarga kami. Akibatnya, suplai kebutuhan hidup dan kiriman uang ke Bandung menjadi macet. Sehingga saya terpaksa harus hidup cukup dengan uang seribu Rupiah untuk setiap 1 minggu. Kehidupan “survival” sebagai anak kontrakan bersama Goenarso, Asyikin Abbas, Subekti Widyanadi, Abdul Mudjib, Budi Susetyo dan Sunandar merupakan sebuah kehidupan dengan kenangan tersendiri.

Keadaan darurat tersebut memaksa saya harus hidup dengan manajemen makan harian yang cukup “spartan” yaitu sehari hanya makan nasi dua kali cukup dengan lauk kuah sayur semata. Alhamdullilah, kakak perempuan nomor dua saya, Yunda Sukarliek, akhirnya turun tangan mengambil alih tugas orang tua dengan mensuplai kebutuhan hidup secukupnya.

Namun bantuan ini justru membuat saya merasa terbebani dan berhutang budi pada kakak saya. Saya menjadi merasa malu karena di Bandung, saya hanya belajar & belajar. Berbeda dengan sewaktu saya di Kertosono, disana saya justru bisa membantu keluarga dengan memberikan nafkah melalui kegiatan bercocok-tanam dan bertani. Di tengah kekalutan itu, saya tidak berhasil masuk ke jurusan teknnik mesin, yang saya dambakan, dan akhirnya terpaksa mengambil jurusan Tambang Metalurgi karena indeks prestasi saya yang tidak mencukupi.

Memulai usaha sambil bekerja di LIPI
Namun saya tidak putus asa, selepas sarjana muda, saya mulai membuka usaha di bidang pertambangan golongan C dengan nama perusahaan PT. Selo Kencono yang bermarkas di Semarang dengan modal dari kakak, bersama 3 orang kawan. Maksud dan tujuan membuka usaha tak lain karena keinginan memperoleh pendapatan untuk membalas budi sang kakak. Pada saat itu juga, saya mengawali bekerja di Lembaga Metalurgi Nasional – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LMN – LIPI) sebagai tenaga honorer sembari mengerjakan tugas akhir saya.


Salah satu keuntungan bekerja di LIPI adalah saya dapat menyelesaikan tugas akhir tanpa harus mengeluarkan biaya, tetapi justru sebaliknya mendapat gaji. Pada saat awal wawancara penerimaan sebagai pegawai negeri, saya memberikan pilihan kepada sang penguji bahwa saya akan bekerja di LIPI apabila diberi kesempatan berwira-usaha, kalau tidak saya akan mengundurkan diri. Berwirausaha ini menjadi sangat mutlak karena gaji yang saya terima dari LIPI sangatlah kecil.

Memulai bisnis bahan galian- meminjam uang ke Bapindo
Saya berwira-usaha dengan mendirikan PT Selo kencono dan memilih bisnis galian tambang karena saya belajar ilmu teknik pertambangan. Saya mengawali bisnis ini dengan menggunakan tenaga manusia, bukan tenaga mesin, untuk memuat bahan galian C ke atas truk. Saya menyadari sepenuhnya bahwa keuntungan dengan memakai tenaga manusia relatif lebih rendah dan memerlukan waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan memakai mesin. Namun saat itu, saya berpendapatan bahwa cara ini akan lebih banyak memberikan kesempatan kerja bagi lebih banyak orang. Selain itu saya juga mempunyai keterbatasan modal untuk membeli alat-alat dan permesinan.

Sedikit demi sedikit, usaha ini berkembang dan pada tahun 1985, PT Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) cabang Semarang telah menyetujui pemberian pinjaman dana sebesar Rp 150 juta dengan anggunan 14 buah sertifikat tanah-tanah para petani nntuk mengembangkan bisnis saya. Saat itupun saya sudah mengantongi ijin pertambangan, dan operasi proyek sudah relatif mulai berjalan lancar. Saya berpendapat bahwa dengan pencairan dana pinjaman dari Bapindo maka aktivitas bisnis peusahaan saya bisa menjadi lebih besar lagi.

Maka, saya saat itu terus menerus berdo’a, berzikir, sholat tahajud dan puasa sunnah Senin-Kemis tiada henti-hentinya dengan harapan agar Allah SWT bisa memudahkan cita-cita saya untuk mengembangkan bisnis galian tambang tersebut. Namun ternyata menjelang hari ”H” pencairan kredit, kepala kredit Bapindo Semarang dipindah secara mendadak ke Ambon yang berakibat pembatalan semua rencana pencairan pinjaman. Kejadian ini pada awalnya sangat membuat sedih hati saya.

Namun ternyata di balik kegagalan itu semua, terkuak sebuah hikmah yang tak disangka-sangka. Karena beberapa tahun kemudian, ekonomi Indonesia tiba-tiba mengalami krisis moneter. Rupiah mengalami devaluasi dan bunga bank meroket. Saya akhirnya bersyukur dengan kegagalan pencairan pinjaman Bapindo tersebut. Saya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila Bapindo merealisasikan kreditnya, lalu hutang tersebut tidak terbayar dan seluruh tanah petani tersita. Saya justru membuat para petani menjadi lebih miskin dari sebelumnya. Syukur alhamdulilah dibalik itu semua, ternyata ada hikmah yang tiada tara dari Allah SWT

Bapindo sendiri akhirnya diterpa berbagai skandal dan relatif bangkrut saat terjadinya krisis moneter. Bank ini akhirnya di-merger dengan 3(tiga) Bank pemerintah lainnya menjadi PT Bank Mandiri. Pada tahun 2006, nama Bank Bapindo akhirnya hanya dipergunakan sebagai nama sebuah gedung di Jakarta.


Mendapat beasiswa Monbusho dan meneruskan sekolah ke Jepang
Sambil mengurus bisnis galian tambang dan juga bekerja di LMN LIPI, akhirnya saya lulus sidang sarjana dan dinyatakan sebagai Insinyur tambang dengan syarat harus memperbaiki skripsi tugas akhir saya. Hampir bersamaan dengan saat pelaksanaan sidang sarjana tersebut, saya juga mengikuti seleksi untuk memperoleh bea siswa melanjutkan kuliah di Luar negeri. Berkat kasih Allah SWT, saya berhasil lolos seleksi dan diterima untuk melanjutkan studi di Jerman, Perancis dan Jepang dengan beasiswa dari Menristek RI.

Namun kesempatan emas yang sudah depan mata itu sempat mengalami hambatan dari pihak BPPT yang tidak mau mengirimkan saya karena status pegawai Honorer saya. Berkat perjuangan Direktur LMN-LIPI akhirnya saya diperbolehkan untuk melanjutkan sekolah. Setelah diizinkan, saya memilih Jepang, karena negara itu memberikan uang saku yang lebih besar dari negara-negara lain.

Ternyata proses seleksi ke Jepang masih terus menghadang, beserta 26 orang calon lainnya saya harus diuji lagi oleh 13 Professor dari Jepang.memberangkatkan, berusaha kembali menggagalkan peluang saya. Saya waktu itu tidak diberi tahu kalau akan ada seleksi dari para Professor, sehingga saya terpaksa harus mengikuti ujian seleksi tanpa persiapan apa-apa. Puji syukur alhamdullilah, Allah SWT telah memudahkan, maka saya bisa lolos bersama 5 orang calon lain berangkat ke Jepang dengan status binaan Monbusho.

Saya diterima di Universitas yang paling bergengsi yaitu di Tokyo University (Universitas Tokyo), Fakultas Teknik, Departemen Metalurgi dibawah tanggungan Menristek RI dan Monbusho Jepang. Bisnis PT Selo kencono terpaksa dihentikan ditengah jalan. Pentupan bisnis ini sempat menguras dana yang cukup besar utuk melunasi hutang-hutang yang selama ini telah dikeluarkan untuk modal kerja.

Berbeda hasil riset dengan perusahaan raksasa Jepang - Tokyo gas

Saya tidak menyia-nyiakan waktu di Jepang. sembari training di bidang korosi dan juga kursus bahasa Jepang, saya meminta kepada Profesor pembimbing agar diberi kesempatan untuk melakukan riset. Professor tersebut akhirnya menyarankan untuk melakukan latihan penelitian dengan menguji ulang penelitian yang telah dipublikasikan oleh tim Tokyo Gas dibawah pimpinan Dr. Kasahara.

Ternyata dengan prosedur yang sama, hasil penelitian saya berbeda dengan hasil Tim Tokyo Gas walaupun setelah penelitian tersebut diulang- ulang. Kemudian bersama profesor pembimbing dan tim Tokyo Gas, kami melakukan penelitian ulang secara bersama-sama, ternyata hasil penelitian saya-lah yang benar.

Dari situlah, saya mendapat kepercayaan untuk mengerjakan proyek proyek penelitian tersebut selama 3 tahun dengan judul “Pengendalian korosi pada sistem pendingin AC sentral untuk Stasiun dan jaringan kereta api bawah tanah”.

Dan tema penelitian inilah yang akhirnya dijadikan tema program master dan program doktor saya di Universitas Tokyo.


Mengejar master 2 tahun dan menulis skripsi dengan huruf Kanji
Ternyata dengan penelitian saya, Universitas Tokyo mendapat berbagai keuntungan antara lain adanya dana masuk dari Indonesia, juga dana bea siswa Monbusho serta dana penilitian dari Tokyo Gas.

Sementara saya mendapat tantangan untuk unjuk kemampuan dalam melakukan penelitian. Untuk kegiatan tersebut saya rela kerja keras melakukan penelitian setap hari dari jam 8.30 pagi sampai jam 23.30, yaitu sampai jadwal terakhir perjalanan kereta api listrik di Tokyo. Setiap tiga bulan sekali laporan hasil riset tersebut saya sampaikan kepada pihak Tokyo Gas. Semua suka-duka itu saya jalani dengan baik, dan akhirnya saya siap untuk maju mempertahankan thesis tersebut dalam sidang master.

Namun sekali lagi saya kembali mendapat cobaan karena Profesor menghendaki gelar master saya harus ditempuh dalam kurun waktu 3 tahun. Saya tentu berontak & menolak kemauan Profesor tersebut karena saya ke Jepang bukanlah sekedar mencari ijazah tapi mencari ilmu. “Kenapa teman-teman lain bisa 2 tahun selesai master sementara saya harus 3 tahun ?.” Demikian pertanyaan saya kepada sang Professor.

Perhitungan saya, kalau menuruti kemauan Profesor untuk menyelesaikan program master dalam 3 tahun, yaitu sesuai kontrak riset dengan pihak Tokyo Gas, maka rencana untuk mendapatkan beasiswa program doktor akan punah. Karena bea siswa program Doktor dari pemerintah terbatas hanya untuk 5 tahun (2 tahun program Master dan 3 tahun program Doktor). Sang Profesor-pun akhirnya mengalah dengan syarat bahwa skripsi saya harus ditulis dalam bahasa kanji. Walaupun sangat sulit dan cukup bersusah-payah, Alhamdullilah, masalah tersebut akhirnya bisa diatasi dan saya memperoleh gelar Master.

Melanjutkan program doktor dengan 3 tahun tambahan
Setelah lulus program master, saya mengikuti ujian masuk program doktor dan juga mengajukan permohonan beasiswa kepada Menristek RI. Pada saat mengajukan perpanjangan beasiswa, Saya harus membuat pernyataan yang direkomendasi Profesor pembimbing. Surat pernyataan tersebut mengharuskan penyelesaian program doktor dalam waktu 3 tahun.

Walaupun jangka waktu ini realistik, tapi diam-diam pihak universitas mendapat tambahan kontrak penelitian dari Tokyo Gas untuk 3 tahun lagi. Ini berarti total waktu kontrak riset yang harus dilaksanakan Universitas Tokyo menjadi 6 tahun, sementara keinginan Menristek, jangka waktu program master plus program doktor hanya terbatas 5 tahun. Inilah awal dari kericuhan program Doktor saya.

Insiden di Hamamatsu
Menjelang saya memasuki tahun ketiga program doktor, saya dipercaya menjadi ketua umum seluruh mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang (untuk periode 1989~1991). Kebetulan pada suatu hari Sabtu, sebagai ketua umum Mahasiswa Indonesia, saya mendapat undangan persahabatan Indonesia-Jepang oleh Rotary Club di Hamamatsu. Pada saat itu, Duta Besar Indonesia untuk Jepangpun juga menghadiri acara tersebut. Sebuah acara yang sangat sulit saya tinggalkan. Masalah muncul dengan tidak hadirnya saya di laboratorium pada hari Sabtu tersebut.

Profesor saya menjadi sangat marah dan menggunakan kasus tersebut sebagai salah satu alasan untuk menjadikan program doktor saya dari 3 tahun menjadi 4 tahun. Tentunya saya protes dan tetap memaksakan program doktor hanya 3 tahun sesuai beasiswa Pemerintah Indonesia.. Saya juga utarakan tekad saya ke sang professor, bahwa saya akan pulang dengan atau tanpa ijazah doktor. Juga saya sampaikan bahwa sekalipun saya pulang tanpa gelar doktor, tetapi saya berjanji untuk menjadi profesor yang termuda dan lebih cepat dari senior-senior lainnya yang lulusan Jepang, dengan waktu studi yang lebih lama.

Walaupun demikian, saya penuhi seluruh kewajiban program doktor saya dengan menyusun disertasi dengan judul yang sama dengan judul thesis master tentang sistem pendingin di kereta api di Tokyo, “Tanshoko no kyoku bu fushoku kan suru kengkyu”, yang sudah barang tentu menggunakan huruf kanji. Kemudian saya kembali ke tanah air tanpa menunggu 4 tahun untuk mempertahankan thesis dan juga tanpa menunggu keluarnya gelar doktor dari sang Professor yang ingin mempekerjakan saya.

Kembali ke LIPI yang kacau & ingin pindah ke PLN
Di Indonesia, ketika saya kembali ke LIPI, ternyata keadaannya kacau. LIPI adalah tipikal sebuah instansi pegawai negeri. Kerja tidak kerja, sarjana atau bukan sarjana, semua dipukul rata, artinyatiap awal bulan pasti akan gajian dengan nilai yang tidak jauh berbeda. Hiduplah saya dalam budaya pengangguran yang terselubung. Saya-pun sempat berontak dan berniat untuk pindah ke PLN. Tentunya PLN-pun siap menerima, tetapi pihak LIPI tidak memberikan izin lolos butuh.

Dengan pertimbangan yang masak-masak, akhirnya saya urungkan niat untuk keluar dari LIPI. Alasannya ?. Sekalipun kerja di PLN akan memperoleh gaji yang lebih tinggi, tetapi suasananya adalah suasana proyek. Padahal kapasitas saya adalah seorang peneliti dan penulis, keahlian tersebut tentunya kurang terlalu diperlukan di PLN.

Pada tahun 1995, saya-pun mencoba menjadi pengurus pusat Golkar sebagai sekretaris bendahara departemen kerochanian yang bermarkas di Anggrek Neli-Slipi. Saya terus terang hanya kuat bertahan 3 bulan dan akhirnya terpaksa keluar karena tidak cocok dengan habitat orang-orang politik.


Menjadi professor riset yang diangkat oleh Presiden Megawati
Setelah melanglang-buana dan mencoba berbagai aktivitas, akhirnya saya kembali ke tempat awal karier saya yaitu Pusat penelitian Metalurgi –LIPI. Pada tahun 1997, saya memantapkan karier di bidang penelitian dengan melalui jenjang-jenjang fungsionalnya. Hanya dalam jangka waktu kurang dari5 tahun, saya mencapai kapasitas dan telah memenuhi syarat sebagai seorang Ahli Peneliti Utama (APU) atau yang sekarang dikenal sebagai Professor riset.

Cobaan muncul lagi dengan diganjalnya pengajuan APU oleh Kepala Puslit Metalurgi selama 1 tahun dari 2002 hingga 2003. Saya sempat memikirkan untuk mem-PTUN-kan LIPI karena menghambat pengajuan ini. Namun akhirnya Kepala LIPI turun tangan dan Kepala Puslit Metalurgi dipanggil untuk klarifikasi. Esok harinya loloslah usulan APU saya kepada Presiden RI. Pada bulan September 2003, Syukur Alhamdulilah, saya dinyatakan sebagai Seorang Professor Riset (APU) bidang Korosi dan Analisa Kegagalan yang Surat Keputusan-nya ditandatangani oleh Presiden RI Ibu Megawati Soekarnoputri.


Mencoba menerapkan hasil-hasil penelitian
Setelah memperoleh gelar Professor Riset, hari-hari saya selanjutnya tak ubah bak seorang “dukun” atau konsultan pengendalian korosi dan analisa kegagalan. Pasien-pasien saya antara lain adalah Pembangkit Listrik, Instalasi kilang minyak dengan jaringan perpipaannya, Pabrik pupuk, Pabrik kimia dan lain sebagainya. Saya-pun terus aktif membimbing mahasiswa tugas akhir dari jurusan Mesin, Teknik kimia, Metalurgi, Teknik lingkungan dan Teknik industri. Hingga saat ini tak kurang dari 100 mahasiswa S-1 maupun S-2 yang telah saya bimbing.

Untuk merealisasikan hasil penelitian, saya mencoba mendirikan bengkel otomotif dengan moto “hasil pengecetan tak kalah dengan produk pabrik”. Namun karena keterbatasan waktu saya, akhirnya 4 tahun kemudian, bengkel ini terpaksa saya tutup. Walaupun demikian saya cukup puas karena telah membuka lapangan kerja dan bisa menciptakan beberapa patent penelitian antara lain “mesin oven cat yang hemat energi”.

Pada tahun 1998, untuk menerapkan beberapa penelitian alat-alat pengeringan, saya juga membuka lahan tidur di belakang perumahan karyawan Puspiptek dengan luas lahan 10 hektar. Pada tahun berikutnya luas lahan ini berkembang menjadi 25 hektar. Lahan ditanami pisang kavendis, cabai, kacang tanah dan jagung manis. Hal ini dipacu dengan naluri saya sebagai mantan petani dan kondisi krisis moneter kala itu.

Namun karena lahan tersebut adalah areal tadah hujan dan juga bekas hutan karet yang miskin hara, maka dalam jangka waktu kira-kita 3 tahun, usaha perkebunan inipun juga mengalami kegagalan dan terpaksa ditutup.

Memanfaatkan paten-paten yang dimiliki dengan mendirikan PT KIPTI
Walaupun dengan berbagai kegagalan di dunia bisnis, Allah SWT tetap memberikan berkah kepada saya. Hal ini terbukti dengan dianugerahinya beberapa patent kepada saya di bidang pertanian yang diantaranya patent mesin pengering padi, mesin pengering bahan baku obat-obatan produk pertanian, alat penanam jagung dan kacang-kacangan, pengering kopra putih, mesin pembuat tepung ikan dan patent-patent dibidang lain yang diantaranya Incinerator, bungker submarine dan sistem penambalan pipa migas.

Pada bulan Maret 2004, untuk memanfaatkan patent-patent tersebut, saya bersamaa Wimpy Solichin-TI 77 mendirikan PT. Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia, disingkat PT.KIPTI, yang bermarkas di Kawasan Puspiptek Serpong. Walaupun masih tertatih-tatih dan terseok-seok, Alhamdullilah PT.KIPTI masih terus eksis merintis berbagai pesanan dari BATAN, BPPT, LIPI untuk program IPTEKDA. Eksisnya PT. KIPTI karena uluran tangan para sahabat antara lain Nurudin, Zainal Asyikin Abas, Budi Prio Handoko, Suta Vidjaya dan lain-lain.

Melihat kedepan & berniat membantu petani
Apa program jangka pendek dan jangka panjang yang ingin saya perjuangakan dan wujudkan ?. Pertama tama adalah ibadah di jalan Allah dengan implementasi IPTEK di bidang Pertanian untuk pemberdayaan petani. Pada tahun 2006 menuntaskan produksi mesin pengering padi, tahun 2007 mewujudkan incenerator sampah kota dan tahun tahun berikutnya akan mengimplementasikan patent-patent yang saya miliki. Program jangka panjang dengan pemberdayaan kelompok petani jarak pagar untuk biodiselpun sedang saya rintis.

Kita sadar betul,”Tiada daya dan kekuatan selain milik Allah SWT”, maka atas kehendakNYA-lah saya dan kawan-kawan bisa berbuat sesuatu.

Prinsip berkeluarga
Istri saya Entang Sutriasih juga bekerja di Puslit Metalurgi LIPI, anak saya yang pertama Wiandri lulusan sarjana sipil Unpar September 2005. Sekarang ia kerja di Bank HSBC Jakarta, anak nomor dua Wini Novita kuliah di Akutansi Maranata Bandung semester 2.

Sedangkan anak nomor tiga Arum Kusumawardani sedang ujian SD kelas 6 dan si bungsu Dian Puspitasari kelas 4 SD. Saya menerapkan prinsip keseimbangan dalam membina keluarga. Istri saya lebih sabar dengan anak-anak karena saya lebih tegas. Anak-anak itu adalah titipan Allah SWT sehingga tugas kami untuk mengantarkan mereka menjadi manusia yang sebaik mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Saya menekankan pentingnya tidak memaksakan kehendak kepada anak-anak, karena tiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda beda. Hal yang paling penting adalah penerapan agama yang baik sejak dini.

Serpong, Senin Pon 22 Mei 2006.

Read more...

Link

Senin, 15 Maret 2010

Read more...

Kontak Kami

PT Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia,

Alamat :

Balai Inkubator Teknologi - BPPT Gd. 410 Kawasan Puspitek Serpong Tangerang 15314

CP:
- Ir. Susilohadi
- Ir. Rhino H Pranapati
- M. Ferial Akmal
- Roy Pristian
Dewan Pakar :
Ir. Harsisto Sardjuri M.Eng.



Read more...

Post

Link Teman

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP