Indonesia Community Learning Center

Meningkatkan Ketahanan Pangan dengan Memproduksi tepung MOTEKAP

Sabtu, 20 Maret 2010

Masalah utama bangsa Indonesia saat ini

Bangsa kita yang mayoritas agraris/ nelayan, tahun ini import pangan Rp.50 triliun/tahun (Kompas 24/08/2009) dan cenderung naik tiap tahunnya seirama dengan pertumbuhan penduduk. Jenis bahan pangan yang diimport terutama terigu dari daratan Amerika.

Menurut Rektor Unika Atmajaya, saat ini lebih dari satu juta sarjana S-1 tidak tertampung di lapangan kerja dan tiap tahun akan meningkat. Dipedesaan, sarjana/calon sarjana semakin hari semakin membeludak dan mayoritas tak mau tinggal di desa karena penghasilannya rendah.

Pada umumnya, hasil riset para peneliti terhenti sebagai laporan dan disimpan di rak buku. Sesungguhnya tenaga dan waktu para tenaga peneliti (terutama para pensiunan), sangat memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di pedesaan guna menjawab/menyelesaikan permasalahan di atas. Tentunya, bilamana mereka paham permasalahan yang ada dan mendapat dukungan pendanaan.


Sebagaimana kita ketahui, Iptek (dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi) dan ekonomi kita dikuasai oleh bangsa asing, bangsa kita hanya menjadi pasar. Urbanisasi terus melaju, di desa desa kekurangan tenaga kerja sementara di pusat kota kelebihan penduduk yang dicirikan banyak kemacetan, padatnya kawasan kumuh dll. Satu jam kemacetan di kota besar, berapa ton bahan bakar dibuang cuma cuma dan berapa besar kerugian atas keausan komponen kendaran dan siapa yang diuntungkan ?.


Tekat pemerintah Indonesia saat ini adalah mengutamakan ketahanan pangan, berikutnya energi dan lain lainnya. Indonesia punya lahan tegalan, lahan Perhutani dan Inhutani yang sangat luas dan cocok untuk produksi singkong. Produksi singkong nasional dari tahun ke tahun meningkat (sumber BPS: 19,4 juta ton pada 2004 dan 20,3 juta ton pada 2008) yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk pati tapioka dan etanol.


Sesuai program pemerintah pada penguatan hasil inovasi dan pangan, PT.KIPTI (Karya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia) dengan Ipteknya (mesin pengering hasil inovasinya dan enzim pembentuk tepung modifikasi ketela pohon) segera terjun dibidang pengolahan ketela menjadi pangan yang bermartabat yaitu tepung MOCAF (Modified Cassava Flour) atau MOTEKAP (MOdifikasi TEpung KetelA Pohon) sebagai pengganti TERIGU.



PT. KIPTI yang berkedudukan di Gedung 410, Kawasan Puspiptek Serpong, menawarkan kesempatan berwirausaha secara berjama’ah untuk kemaslahatan dan kejayaan anak bangsa dengan memproduksi tepung MOTEKAP. Tepung mocaf sudah dirintis sejak 2005 oleh Koperasi Gemah Ripah Loh Jinawi di Trenggalek yang diikuti oleh PT. Bangkit Cassava Mandiri ( 2008, di Trenggalek), selanjutnya oleh PT. Sangga Buana Sejahtera (2008, Sukabumi), CV. Fajar Bersaudara (Pati) dan pengusaha di Magelang, Ciamis, Lampung dan lainnya yang semuanya mempunyai masalah utama di sistem pengering berkapasitas besar. Dengan adanya masalah tersebut, PT.KIPTI telah siap memproduksi mesin pengering kapasitas 3 ton/jam dengan merk “HARSISTO”.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, agar semua bisnis bisa aman dan langgeng maka peran pasar harus kuat, peran menejemen harus tertip/kuat dan sehat, terapan teknologi harus proven dan mantap, ketersediaan bahan baku harus terjaga dalam kondisi stabil, kontinyu dan berkualitas. Tidak kalah penting, maksud dan tujuan bisnis ini adalah mendapatkan rezeki yang halal toyiban yang berlimpah.

0 komentar:

Posting Komentar

Post

Link Teman

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP